Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Apa itu Tradisi Nyambai

Pengertian Nyambai

Menurut Suntan sarif seorang tokoh adat “Nyambai adalah acara pertemuan bujang dan gadis sebagai ajang silaturahmi, perkenalan, dengan menunjukkan kemampuannya dalam menari dan berbalas pantun”. Nyambai merupakan suatu bentuk tradisi dalam acara adat Lampung Pesisir yang pelaksanaannya pada malam hari menjelang hari pernikahan.

Tradisi nyambai pada masyarakat Desa Kejadian masih tetap dipertahankan walaupun sudah jarang yang menggunakan. Pelaksanaan tradisi nyambai ini di mulai sejak tahun 1781an dan dapat dipahami sebagai suatu warisan dari dahulu tetapi disisi lain ini bersangkutan paut sebagai hasil tradisi.
Dalam setiap acara perkawinan di masyarakat Desa Kejadian selalu diadakan acara yang diperuntungkan bagi masyarakat terutama bujang dan gadis untuk memberikan hiburan bagi seluruh masyarakat yang datang ke acara adat tersebut.

Dari apa yang diketengahkan oleh para pelaksana nyambaiyang sebagian besar dilaksanakan para bujang gadis ini, memang mempunyai tujuan-tujuan yang tertata untuk ajang pergaulan, silaturahmi, menunjukkan kemampuan dalam menari dan berbalas pantun, sekaligus turut serta memeriahkan hajat dari tuan rumah.

a.      Tata Cara Prosesi Tradisi Nyambai

Menurut masyarakat Bapak Juksan (50 tahun), yang diwawancarai pada hari sabtu tanggal 29 Desember 2012 pukul 19.00 WIB di rumah beliau di Desa Kejadian, menjelaskan:

Dalam tata cara prosesi tradisi nyambai dipimpin oleh seorang bujang yang dituakan di Desa Kejadian yang dijuluki sebagai Jenong, yang berfungsi sebagai perantara bujang dan gadis berkomunikasi saat acara sedang berlangsung ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam prosesi acara adat nyambai yaitu:
1.   Tari-tarian
                        Kegiatan tarian nyambai dilakukan oleh bujang gadis (berpasang-
pasangan). Bentuk pertunjukan tari Nyambai daerah pesisir terdiri dari dua rangkaian, yaitu tari kipas dan tari dibingi.  Tari ini merupakan tari berpasangan, ditarikan oleh dua orang gadis (muli)dan dua orang bujang (Meghanai) secara bergantian.  Adapun tata cara dalam pelaksanaan tari Nyambai, dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, Jenong menghadap Ketua Adat memberitahukan bahwa acara akan segera dimulai, setelah disetujui oleh Ketua Adat kemudian Jenong memanggil kepala Bujang dari masing-masing Marga, untuk bermusyawarah menentukan urutan peserta yang tampil.  Urutan yang tampil yang tampil telah disepakati antar kepala-kepala bujang, kemudian acara berikutnya penyampaian tata tertib (tangguh) kepada kelompoknya masing-masing.  Kepala bujang dari masing-masing marga segera menyampaikan tangguh dan memberitahukan urutan penampilan kepada para peserta tari.

Sebelum tari Nyambaidipertunjukan, diawali dengan pemberian sirih dan Lampit yang di bawa oleh gadis (Muli) dan Bujang (Menghanai Batin) pihak tuan rumah (baya).  Sirih ini akan diberikan kepada gadis (Muli) dan bujang (Meghanai) lainnya.  Sirih dan Lampit diletakan di hadapan Muli dan Meghanai sebagai pertanda sebagai penampil berikutnya.

Tari Nyambai dimulai dengan urutan pertama, yaitu ditarikan oleh Muli Batin dan Meghanai Batin dari pihak tuan rumah (baya), dengan urutan sajiannya sebagai berikut:
a.      Tari Nyambai ditarikan oleh Muli Batin kemudian dilanjutkan
      oleh Meghanai Batin.
b.      Tari Nyambai ditarikan oleh Mulidan Meghanai dari para
Undangan, secara bergantian dari Marga satu degan Marga
lain.

Setelah semua warga tampil, acara tari Nyambai ditutup, Jenong kembali menghadap Ketua Marga untuk melaporkan bahwa acara tari Nyambai telah selesai, berjalan sukses dan lancar.  Setelah mendapatkan izin dan restu dari Ketua Marga, Jenong kembali menuju kelasa dan menyampaikan kepada peserta bahwa acara penyambaian telah selesai.  Acara kemudian ditutup dengan berdoa dan diakhiri dengan makan bersama.

Tari Nyambai daerah pesisir lebih banyak mendapatkan pengaruh budaya Jawa, Banten, dan Bengkulu. Budaya Jawa yang dimaksud adalah budaya keraton, kemungkinan budaya keraton ini mendapat pengaruh dari kerajaan di Jawa.  Adanya unsur budaya keraton terlihat dari cara berjalan para penari, ketika akan memasuki arena pertunjukan cara berjalannya dilkukan dengan berjongkok sebagai penghormatan kepada Raja.

2.      Berpantun
Berpatun pada acara nyambai dilakukan oleh bujang dan gadis secara bergantian, ketika sang bujang menyampaikan pantun untuk gadis yang dituju, maka gadis tersebut siap-siap membalas pantun yang dilontarkan oleh sang bujang, berbalas pantun bujang gadis dinamakan “Pantun Muli Mekhanai  Bubalos (Nyambai)”. Adapun contoh pantunnya yaitu:
Robbikum yarobbikum (Robbikum yarobbikum)       
Robbikum sollu ala (Robbikum sollu ala)
Assalamualaikum...  (Assalamualaikum)
Sekam buka suakha (Kami buka suara)

Mak mati pandan kudo (Tidak matikah pohon pandan)
Cadang ditekhak umbak (Rusak diterjang ombak)
Mak cadang badan kudo (Tidak rusak kah badan)
Musaka mak puliyak (Lama tidak terlihat)

Lamon kulak kuliyak (Banyak jamur saya lihat)
Tuwoh dilambung batu (Tumbuh di atas batu)
Lamon pudak kuliak (Banyak wajah ku lihat)
Kidang lain pudakmu (Tapi bukan wajahmu)

Kota raja pekonku (Kota raja kampungku)
Simpang sebelah kanan (Simpang sebelah kanan)
Kik haku yaddo niku (Menurut saya benar kamu)
Sai haga ngandan badan (Yang akan merawat badan)

Sekuting tanoh gincing (Sekuting tanah miring)
Duakha dunggak dedoh (Persimpangan di hulu dan di hilir)
Kik ngandan kon di gekhing (Kalau menuruti keinginan)
Haga pak munggak jemoh (Seperti ingin berangkat besok)

Sai da’A jak sekikim (Saya dari sekikim)
Sekula di SMA (Sekolah di SMA)
Kambang sayuk jak musim (Bunga yang telat musim)
Layau kik mak di gaga (Rusak bila tidak rawat)

Dang niku gambang lawok (Jangan kamu ragu laut)
Layer mak sai di angin (Layar tidak bersatu dengan angin)
Dang niku salah semok (Jangan kamu salah sangka)
Mak niatku kik balin (Niat ku tidak akan berubah)

Haga nyak nyani titi (Ingin saya membuat jembatan)
Kik bakal ya di sikhang (Jika akan diseberangi)
Haga nyak nyani janji (Ingin saya membuat janji)
Kik bakal mak pulipang (Jika tidak akan berpaling)

Pikha bilang ni bintang (Berapa jumlahnya bintang)
Sekhibu tantu liyu (Seribu pasti lebih)
Pikha bilang ni kundang (Berapa banyak kekasih)
Acak sai sapi niku (Tapi hanya satu dirimu)

Kik niku meli selop (Jika kamu membeli sandal)
Meli sai belang beling (Belilah yang belang-belang)
Kik niku pandang sikop (Kalau kamu melihat paras)
Sangon nyak kalah saing (memang saya kalah saing)

Cecok nyak tantang simpang (Berdiri saya di persimpangan)                                                                   
Tabinta bukit tinggi (Teringat bukit tinggi)                                                                                                                                                      
Wayak mak tipupanjang (Pantun tidak diperpanjang)                                                                                           
wasalam penutupni.(Wasalam penutupnya)


3.      Kesuahan khukuk
Salah satu bujang mengeluarkan sebatang rokok lalu diberikan kepada Jenong, kemudian Jenongmemberikan rokok tersebut kepada salah seorang gadis untuk dinyalakan, lalu setelah dinyalakan sang gadis mengembalikan rokok tersebut kepada Jenong, kemudian Jenong mengembalikan kepada pemilik rokok itu.
4.      Kirim surat
Salah satu bujang menulis surat  lalu diberikan kepada Jenong, kemudian Jenong memberikan surat tersebut kepada salah seorang gadis untuk dibaca oleh gadis tesebut, lalu setelah dibaca sang gadis membalasan surat tersebut kepada Jenong, kemudian Jenong memberikan surat balasan itu kepada bujang.
5.      Ngukukh kelapa
Ngukukh kelapa adalah kegiatan memarut kelapa oleh bujang gadis dilakukan sekitar pukul 04.00 WIB di hari, kegiatan ngukukh kelapa ini adalah bagian akhir dari acara nyambai.
                   

b.      Eksistensi Nyambai Menurut Pandangan tokoh Adat

Menurut M Yusuf Rosa dalam winarsih (1999: 12) “Eksistensi nyambai dalam pandangan tokoh adat / masyarakat.

Tradisi nyambai ini sebenarnya merupakan suatu tradisi masyarkat Lampung terdahulu sebagai sarana bagi interaksi dan komunikasi langsung dan media pergaulan bagi bujang dan gadis agar mereka dapat bergaul dan saling kenal mengenal antara sesamanya, melalui sebuah acara adat.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ada beberapa hal yang melatar belakangi tradisi nyambai ini oleh masyarakat Lampung pesisir umumnya dan khususnya adalah:
a.       Tradisi ini dilatar belakangi oleh sebuah pemikiran agar bujang gadis mempunyai tempat bergaul dan memiliki tata krama dan etika pergaulan sesuai dengan tuntunan adat istiadat yang mereka junjung.
b.      Tradisi ini dilatar belakangi juga lebih akan daya kebutuhan bagi para bujang gadis untuk karena pergaulan.
c.       Tradisi nyambai ini agar di pahami oleh masyarakat terutama kaum remaja sebagai warisan para tokoh adat dan tokoh masyarakat terdahulu agar tetap dilestarikan supaya tidak punah.

Sedangkan menurut Batin Putra dalam winarsih (1999: 13) dalam pelaksanaan tradisi nyambai ini dilakukan khususnya oleh kalangan bujang dan gadis. Tradisi nyambai ini mengandung beberapa unsur nilai-nilai ahklak pergaulan. Artinya tradisi nyambai berisikan etika pergaulan antara bujang dan gadis, pelaksanaan tradisi nyambai ini bermula dari tradisi adat Lampung dari masyarakat Desa Kejadian yang mempunyai hajat agar dalam acara perkawinan akan melaksanakan acara adat (nyambai).

c.   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menurunya Minat
      Masyarakat terutama kaum remaja melestarikan adat budaya
      nyambai.

1.      Kurangnya pemahaman remaja terhadap adat istiadat sendiri, tidak
adanya pewarisan dari kaum tua ke kaum muda mengakibatkan rendahnya pemahaman remaja terhadap adat budaya nyambai, yang menjadi salah satu faktor menurunnya minat remaja melestarikan adat budaya nyambai.
2.      Kurangnya rasa cinta terhadap adat istiadat itu sendiri, dewasa ini
bangsa Indonesia berada alam era moderenisasi dan globalisasi. Arus informasi yang begitu cepat merambah keberbagai lapisan masyarakat dan tidak terkecuali kaum remaja, sehingga berbagai budaya dari luar dapat merubah pola pikir dan cara pandang mereka dalam berbuat dan bertingkah laku. Berbagai aspirasi dan kepentingan baik individu maupun kelompok banyak yang tersalurkan tidak sesuai dengan norma-norma hukum dan etika yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan harkat sebagai manusia.
3.      Kurangnya kesadaran pentingnya kelestarian adat istiadat kurangnya kepedulian dan kesadaran remaja terhadap pelestarian adat budaya nyambai sering terjadi dimasa sekarang ini. Hal ini mengakibatkan kebubudayaan daerah yang menjadi warisan secara turun-temurun semakin memudar dan kurang dilestarikan. akibatnya remaja kurang berminat untuk melestarikan adat budaya nyambai yang sebenarnya merupakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
4.      Efisiensi Waktu rangkayan adat budaya nyambai dengan beberapa tahapan merupakan upacara adat yang memerlukan waktu lama. masyarakat Lampung dimasa sekarang ini mengahendaki acara perkawinan yang singkat.
5.      Banyaknya remaja yang merantau keluar desa, karena kurangya tempat pendidikan dan kuarangnya lapangan pekerjaan sehingga banyak remaja yang merantau.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurunnya minat masyarakat terutama kaum remaja melestarikan adat budaya nyambai yang disebabkan oleh faktor-faktor kurangya pemahaman, kurangnya rasa cinta, faktor kurangnya keadaran, faktor waktu, faktor remaja yang merantau.

Posting Komentar untuk "Apa itu Tradisi Nyambai"